Stoikisme, filosofi yang berasal dari Yunani kuno, mengajarkan bagaimana mencapai kebahagiaan melalui pengendalian diri, penerimaan terhadap kenyataan, dan fokus pada apa yang dapat kita kendalikan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terbawa oleh kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran ini. Artikel ini akan membahas tujuh kebiasaan yang berlawan dengan prinsip stoikisme, serta bagaimana kita dapat menghindarinya untuk hidup lebih bijaksana dan damai.
1. Mencari Kebahagiaan dalam Hal-hal Eksternal
Stoik mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita, bukan dari faktor eksternal. Namun, banyak orang terus mencari kebahagiaan dalam kepemilikan materi, status sosial, atau pengakuan dari orang lain.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Kontrol yang terbatas: Hal-hal eksternal di luar kendali kita. Mengandalkan hal-hal ini untuk kebahagiaan akan membuat kita merasa tidak puas karena kita tidak dapat mengontrolnya sepenuhnya.
- Kecenderungan berlebihan: Ketergantungan pada barang atau pencapaian eksternal dapat menyebabkan rasa cemas dan ketidakpuasan yang konstan.
Cara Menghindarinya:
- Fokus pada pengembangan diri dan kebajikan. Stoik menekankan pentingnya kebajikan seperti kebijaksanaan, keberanian, dan pengendalian diri.
- Latih diri untuk menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan dan penerimaan.
2. Merasa Terlalu Cemas Terhadap Masa Depan
Filosofi stoik mengajarkan pentingnya hidup dalam saat ini dan menerima kenyataan seperti adanya. Namun, banyak orang cenderung khawatir tentang masa depan, merencanakan segalanya dengan cemas, dan melupakan keberadaan mereka saat ini.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Fokus pada hal yang tidak dapat dikendalikan: Masa depan adalah hal yang tidak bisa kita kontrol sepenuhnya. Berfokus pada hal ini hanya akan menambah kecemasan dan stres.
- Mengabaikan kenyataan saat ini: Ketika terlalu khawatir tentang masa depan, kita bisa melewatkan peluang untuk tumbuh dan belajar di masa kini.
Cara Menghindarinya:
- Latih diri untuk menerima ketidakpastian dan percayakan kepada kemampuan kita untuk menghadapi apa pun yang datang.
- Fokus pada tindakan yang dapat kita lakukan hari ini, bukan pada hasil yang belum terjadi.
3. Menanggapi Dengan Emosi yang Berlebihan
Emosi yang kuat, seperti amarah, ketakutan, atau kesedihan yang berlebihan, sering kali mengganggu ketenangan batin kita. Stoikisme mengajarkan untuk mengendalikan emosi dan merespons dengan cara yang bijak.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Pengaruh emosi: Emosi yang tidak terkendali dapat mengaburkan penilaian kita, menyebabkan keputusan yang tidak bijaksana dan memperburuk situasi.
- Mengalihkan perhatian dari kebajikan: Stoik percaya bahwa hidup yang baik terletak pada pengembangan kebajikan dan pengendalian diri, bukan pada reaksi emosional yang berlebihan.
Cara Menghindarinya:
- Latih kesabaran dan pengendalian diri dalam menghadapi situasi yang memicu emosi.
- Cobalah untuk merespons dengan tenang dan rasional, dengan mengingat bahwa kita tidak bisa mengontrol perasaan, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita bertindak.
4. Mengejar Keinginan yang Tidak Pernah Terpuaskan
Seringkali, kita terjebak dalam keinginan yang tiada habisnya—terus mengejar lebih banyak uang, status sosial, atau penghargaan tanpa merasa puas. Ajaran stoik menekankan pentingnya mengurangi keinginan untuk mencapai ketenangan batin.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Keinginan tanpa akhir: Keinginan yang terus tumbuh hanya menciptakan ketidakpuasan. Stoik percaya bahwa kita harus belajar untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki.
- Ketergantungan pada hal eksternal: Mengejar keinginan duniawi akan mengikat kita pada hal-hal yang tidak dapat memberikan kebahagiaan jangka panjang.
Cara Menghindarinya:
- Praktekkan rasa syukur untuk apa yang sudah dimiliki dan belajar merasa cukup.
- Fokus pada pengembangan kebajikan dan kualitas diri, bukan pada pencapaian material.
5. Menghindari Kesulitan dan Tantangan
Stoik mengajarkan bahwa tantangan dan kesulitan adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima dengan lapang dada. Namun, banyak orang berusaha menghindari rasa sakit atau kesulitan dengan cara apapun, bahkan dengan menghindari masalah yang dapat mendewasakan.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Menghindari pertumbuhan pribadi: Stoik percaya bahwa kita berkembang melalui tantangan. Menghindari kesulitan justru menghalangi kita untuk menjadi lebih kuat dan bijaksana.
- Rasa takut yang berlebihan: Ketakutan untuk menghadapi kesulitan hanya akan menghalangi kita untuk mencapai potensi penuh.
Cara Menghindarinya:
- Ubah perspektif terhadap kesulitan, lihat tantangan sebagai peluang untuk tumbuh.
- Latih diri untuk menghadapi rasa takut dan kesulitan dengan berani dan penuh kebijaksanaan.
6. Berfokus Terlalu Banyak pada Pandangan Orang Lain
Menghabiskan waktu untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita dapat mengganggu ketenangan batin kita. Stoik mengajarkan untuk tidak terpengaruh oleh penilaian eksternal.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Kontrol yang terbatas: Kita tidak dapat mengontrol apa yang dipikirkan orang lain, dan fokus pada hal ini hanya mengalihkan perhatian dari apa yang benar-benar penting.
- Pencarian validasi: Menunggu validasi dari orang lain dapat mengurangi rasa percaya diri kita dan mengganggu ketenangan pikiran.
Cara Menghindarinya:
- Fokus pada tindakan yang sesuai dengan nilai dan prinsip kita, bukan pada apa yang orang lain harapkan.
- Latih diri untuk menerima bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang.
7. Menunda Tindakan
Menunda-nunda atau “prokrastinasi” adalah kebiasaan buruk yang menghalangi kita untuk bertindak dengan bijak. Stoik menekankan pentingnya bertindak tepat waktu dan tidak menunda-nunda hal yang penting.
Mengapa Ini Bertentangan dengan Stoikisme?
- Kehilangan peluang: Menunda-nunda dapat menyebabkan kita kehilangan kesempatan untuk bertindak secara efektif dan membuat kemajuan.
- Rasa penyesalan: Prokrastinasi dapat menambah rasa cemas dan penyesalan, yang bertentangan dengan ajaran stoik untuk hidup dengan damai.
Cara Menghindarinya:
- Latih diri untuk bertindak segera setelah tugas muncul, tanpa menunda.
- Terapkan prinsip “mengerjakan yang penting sekarang” untuk menghindari penundaan.